Pages

Sabtu, 10 Maret 2012

Mengajar, cuma materikah?


Menyinggung tentang cara mengajar, kebetulan artikel ini sebenarnya Ana buat ketika ikut rekruitasi pengurus MIL, yah lembaga kecil-kecil yang dibentuk adik angkatan di kampus semacam bimbingan belajarlah, kaya gitu deh (ntar dikira promosi lagi). Kebetulan Ana udah jadi tentor tetap sebelumnya (gedein kepala dikit) bidang bahasa Inggris, trus pengen ikutan jadi pengurus (naik pangkatlah istilahnya - ntah bener ato cuma hoax alias nurunin angkat). Nah, waktu wawancara (lebih tepatnya ngobrol), mereka (yang ngewawancarain Ana - Si A dan Si A, maaf ya inisial mereka sama) nyoba nyari masalah ke Ana dengan nyuruh bikin artikel tentang cara menghadapi tipe-tipe siswa. Tipe siswa dan caranya sendiri didapetin dari nanyain ke tentor lain gimana cara mereka nanganin siswa dan siswanya seperti apa. Waktu yang dikasih seminggu (nyatanya cuma butuh semalem doang buat ngerjain).  Oke, nantang nih ceritanya, (pengennya nolak, tapi apa daya, mulut udah terlanjur bilang "sanggup"). Sedikit cerita aja, ini artikel hasil bikinanku (amburadul - maklum cuma 2 jam bikinnya (ngeles wkwkwkw!)).

Dalam belajar, seorang pengajar yang setiap hari menemui berbagai macam karakteristik siswanya, tidak hanya harus mengerti bagaimana menyampaikan materi pelajaran agar dapat dimengerti oleh siswa, tetapi bagaimana mereka harus mengajarkan materi sehingga dapat dimengerti dengan baik terutama dengan karakter anak yang unik setiap individunya. Macam – macam karakter siswa yang unik juga ditangani oleh pengajar yang unik pula. Setiap pengajar mempunai cara berbeda dalam memperlakukan siswanya.
Sebut saja A, siswa diajar oleh Pras, mempunyai karakteristik yang cenderung pendiam tetapi tidak terlalu sulit dalam menangkap materi. Pras mengimbanginya dengan lebih atraktif dalam penyampaian materi, lebih aktif dalam memancing siswa ketika belajar. Meski begitu, belum banyak perubahan berarti yang ditunjukkan, wajar saja karena tatap muka hanya dilakukan sekali sehingga pamantauan terhadap belumlah bisa maksimal.
Yoshua, pertama kali mengajar, langsung berhadapan dengan anak yang pendiam dan agak susah mengerti pelajaran. Dengan Yoshua yang sedikit kurang yakin dalam menguasai materi, menjadikannya kurang maksimal dalam menangani siswa.  Dalam belajar, banyak saat ketika kedua belah pihak sama – sama diam karena kurang bisa berkomunikasi. Meski begitu, obrolan santai juga sempat terjadi di antara mereka, mengenai kesibukan kuliah atau curhat tentang dosen untuk sekedar mengakrabkan suasana.
Fenomena anak pendiam juga ditemui oleh Haris, menghadapi seorang gamer SMP yang sulit mengerti materi pelajaran agaknya sedikit menguras akal, apalagi dengan kondisi siswa yang cenderung pendiam dan terlihat kurang begitu termotivasi untuk belajar. Hal pertama yang dilakukan tentu adalah menarik motivasi agar siswa tertarik untuk belajar. Haris mengajarkan sedikit cara pembuatan game flash menggunakan matematika dan terbukti, si anak menjadi lebih termotivasi untuk belajar, tapi masalah belum selesai. Sulit untuk menangkap materi pelajaran menjadikan Haris harus lebih bersabar dalam mengajarkan materi, sedikit demi sedikit dan pelan – pelan walaupun tetap masih sulit menangkap, tetapi setidaknya belajar menjadi lebih mudah, bagi Haris maupun bagi siswa.
Lain halnya dengan Nefa, dalam hal menghadapi siswa boleh dibilang mengikuti kemauan siswa. Untuk siswa yang walaupun tidak terlalu pendiam tetapi tidak terlalu suka belajar dengan dijejali banyak materi, Nefa mengajarkannya dengan mengompres materi, sedikit demi sedikit asalkan si siswa enjoy dan mengerti dengan diselingi mengobrol untuk lebih mengakrabkan suasana. Sedangkan untuk anak yang menginginkan materi lebih banyak, Nefa pun mengimbanginya dengan menambah materi sepanjang siswa masih bisa menangkapnya. Walaupun begitu, prinsip bahwa belajar tidak harus diforsir masih tetap dipegang teguh agar siswa tidak bosan dan terpaksa dalam belajar.
Dalam mengajar, karakter siswa yang sebenarnya pintar, tetapi sedikit malas juga ditemui oleh Ika. Lebih jauh belajar, karakter moody juga terlihat pada siswa yang cenderung mudah bosan. Tidak ada cara khusus yang diterapkan dalam menghadapinya. Membiarkan siswa melakukan apa yang dia mau dan sesekali mengajaknya mengobrol hal lain selain pelajaran untuk mengurangi kejenuhan dalam belajar terbukti bekerja untuk mengusir kebosanan siswa yang menjadikannya tidak lagi malas dalam menerima pelajaran.
Sedangkan penulis sendiri pertama kali mengajar, juga bertemu dengan sebuah karakter yang cenderung pendiam tetapi pintar. Sebut saja L, anak SMP yang agaknya sulit didekati terutama oleh tentor laki – laki. Dalam belajar, selain pendiam dan jarang tersenyum, L cenderung tidak suka jika diajak berbicara tentang sesuatu diluar materi, dia akan segera mengalihkan perhatian lagi pada materi yang sedang dipelajari. Siswa ini cepat dalam menerima materi, suatu tipe dengan short term memory yang cukup kuat, tetapi agak sedikit lambat dalam mengenali pola pengerjaan soal. Sedikit membuatnya aktif dengan mengerjakan sendiri soal setelah sebelumnya sedikit dijelaskan caranya, tidak membuatnya kehilangan antusias dalam belajar. Kemampuannya dalam berbahasa dan menghapal tidak diragukan, tetapi anak ini sedikit kesulitan bila harus berhadapan dengan ilmu pasti atau yang memerlukan hitungan seperti matematika dan fisika.
Beberapa pengalaman teman – teman tutor di atas menunjukkan bahwa karakter antarsiswa sama sekali berbeda, meskipun terlihat sama – sama pendiam, tetapi antara siswa satu dengan siswa lainnya tetaplah tidak sama. Hal ini juga memperlihatkan bahwa selain persiapan materi yang memang sudah seharusnya dilakukan, penting juga untuk bisa memahami karakter siswa dan bagaimana menghadapinya, meskipun tidak semua metode berhasil dengan baik.
Karakter yang paling banyak ditemui adalah anak pendiam, entah karena memang sifat siswa yang seperti itu atau mindset mereka yang masih menganggap bimbingan belajar sama seperti pelajaran di sekolah, guru menerangkan di depan dan siswa diam mendengarkan di belakang. Siswa yang seperti inilah yang memang perlu perhatian lebih dari segi emosional. Metode mengajar yang lebih atraktif dengan tanpa sadar mengajak siswa lebih aktif bisa menjadi salah satu solusi, seperti belajar dengan diselingi obrolan ringan atau membuat mereka mengerjakan tugas ringan dengan bimibingan tentor tentunya. Akan tetapi metode seperti ini tidak cocok diterapkan jika siswa cenderung mudah sekali buyar konsentrasinya, karena tidak akan membuat mereka mengerti pelajaran. Selesaikanlah materi, tidak usah sampai selesai, cukup subbab yang paling kecil baru setelah itu ajak mereka berkomunikasi.
Untuk siswa yang ceria, dalam arti mereka terbuka dan mudah berkomunikasi, mudah untuk mengajari mereka. Teruslah berkomunikasi dengan mereka sebagai teman sambil menyampaikan materi pelajaran. Anak seperti ini biasanya sudah tidak perlu lagi dipancing untuk lebih aktif berkomunikasi.
Siswa yang bandel, terkadang sering juga ditemui. Mereka malas dalam urusan belajar, jika seperti ini, tentor dituntut untuk mendekati mereka, gunakan apa yang mereka suka, seperti contoh kasus gamer di atas. Semakin jauh, jika memang tidak ada i’tikad baik dari siswa sendiri untuk mau belajar, terkadang bertindak lebih tegas itu perlu. Ada tipe – tipe siswa yang harus diberi “pelajaran” dulu sebelum mereka mau belajar.
Pengajar akan merasa beruntung jika siswa mampu dengan cepat menangkap pelajaran, artinya mereka tidak perlu susah – susah memikirkan “bahasa” lain yang lebih cocok untuk mengajar tetapi sebuah masalah jika siswa sangat sulit untuk memahami pelajaran. Jika terjadi seperti ini, usahakanlah mengajar dengan bahasa mereka, gunakan metode lain misalkan imajinasikan sesuatu atau membuat permisalan tentang kasus yang serupa, bisa juga dengan model barang nyata, misalkan mengajarkan tentang persegi panjang, berilah contoh model meja atau lemari. Jika sudah menemui pola yang tepat, bersabarlah untuk mengajarinya secara berulang – ulang, siswa yang susah menangkap palajaran cenderung akan  lebih paham jika pelajaran itu disampaikan berulang – berulang.
Ada beberapa tips umum yang mungkin bisa berguna dalam mengajar, apapun karakter siswa:
1.       Disiplin. Percaya atau tidak, disiplin bisa meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan nilai kita di mata orang lain. Sebisa mungkin, jangan biarkan siswa menunggu
2.       Jaga kedekatan dengan siswa. Dekati siswa, ajak komunikasi sebagai teman. Jangan gunakan bahasa terlalu formal, sebaliknya sesuaikanlah dengan bahasa siswa, non – formal tetapi tetap sopan.
3.       Beri kesempatan siswa untuk bercerita tentang apa saja, dengarkan mereka, ada kalanya mengajar tidak harus memberikan penjelasan atau mengajari siswa. Siswa akan merasa lebih dihargai jika mereka didengarkan, bukan hanya diberi doktrin pelajaran
4.       Beri tugas ringan. Sedikit memaksa mereka mengerjakan tugas ringan atau mengerjakan soal akan membuat mereka lebih aktif dan mendorong otak mereka bekerja dengan mengingat apa yang telah mereka pelajari. Jangan hanya selalu memberikan solusi, baut mereka menyelesaikan solusi
5.       Tegas. Santai itu perlu, tapi jangan sampai kita diremehkan siswa karena terlalu santai. Siswa akan cenderung meremehkan dan tidak percaya pada kita jika kita sendiri terlalu banyak bergurau
6.       Berikan motivasi. Seringkali dalam bimbingan belajar, mental dan fisik siswa sudah lelah karena kegiatan sekolah yang sebelumnya, untuk membangkitkan semangatnya, berika mereka motivasi, bisa melalui cerita pendek atau lainnya
7.       Jangan banyak menuntut, seperti hari ini harus belajar apa, mengerjakan apa, sampai materi apa. Sesuaikanlah hal itu dengan kondisi siswa
8.       Jangan merasa lebih pintar. Percaya diri ketika mengajar dan menguasai materi itu perlu, tapi guru belum tentu tahu lebih banyak dari siswa, ketika siswa bertanya hal yang mungkin di luar dugaan atau hal yang belum kita persiapkan sebelumnya, seringkali hal ini membuat down tentor. Daripada mengatakan mengajari, lebih baik mengatakan sama – sama belajar
9.       Kendalikan emosi. Kebiasaan dan karakter siswa yang bermacam – macam, seringkali tidak cocok dengan kita, karena itu kendalikanlah emosi dalam menghadapi mereka. Tidak ada ruginya kita bersabar. Sabar, bukan berarti kita selalu menuruti apa yang mereka mau dan diam saja terhadap apa yang mereka lakukan, tapi apa yang kita dapat lakukan untuk mengimbangi mereka dengan tidak melenceng dari tujuan awal belajar
10.   Amati kelemahan siswa. Selama berinteraksi dengan mereka, akan terlihat beberapa karakter siswa seperti apa sebenarnya mereka. Tahu hal ini, akan sangat berguna dalam menentukan cara kita mengajar, contohnya siswa yang lambat dalam mengerti materi, tentu saja kita tidak bisa menjejalkan banyak materi, cukup sedikit materi tetapi mereka mengerti
11. Senyum. Modal awal dalam berinteraksi dengan siswa. Mencairkan suasana dan akan lebih mudah membuat komunikasi dengannya


CuanX:'o)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.

Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.