Pages

Senin, 13 Oktober 2014

Busway or Not?

Berada di Jakarta, walaupun cuma selama beberapa minggu, tetap saja akan membutuhkan transportasi (baca: busway). Ya, sebagai orang udik yang tidak pernah tinggal di Jakarta dan udah lamaaaaa banget ga ke Jakarta pasti penasaran dong gimana sih rasanya naik busway (baca: TransJakarta ya, busway itu jalur, tapi lebih enak diucapin sih so aku tetap bakal pake kosakata busway). Itu aku ya, gatau kalo kamu atau yang lain. Meskipun suka ditakut-takutin kalo naik busway itu desak-desakan, lama, nyebelin, dll, tapi yang namanya penasaran ya tetep aja ga bisa dikibulin.

Kenapa aku pilih busway? Karena tempat tujuanku berada di Jakarta Selatan, tepatnya di daerah segitiga emas, (daerah manakah itu? Cari sendiri yaa) so pasti trasportasi yang pasti ada adalah busway (sekali lagi baca: TransJakata). Selain itu ada alasan-alasan lain kenapa aku milih busway, dan setelah aku menggunakan busway alasan ini makin kuat, yah sekaligus cerita pengalamanku selama baik busway aja kali ya:

Sabtu, 11 Oktober 2014

Vitamin B Kompleks dan Tubuhku, Ini Ceritaku! (2) - End

Ehm,, sebelumnya setelah sukses mengatasi luka di bibir, ternyata ada efek lain dari Vitamin B kompleks yang selama beberapa minggu ini rutin ku minum setelah makan. Satu hari satu kaplet. Efek lain ini dirasakan sama tubuhku. ENtah ini Cuma perasaanku aja atau emang dia manjur apa gimana, yang jelas selama meminum vitamin ini aku merasakan beberapa perubahan di tubuhku.
  • Buang air besar menjadi lebih teratur. Yah, aku bukan orang yang teratur BAB sih, makanya ketika dalam satu minggu aku lebih sering BAB rasanya tuh seneng banget.

Vitamin B Kompleks, Madu Kurma, Ini Ceritaku! (1)

Wuah, setelah sekian lama meninggalkan blogku yang kini penuh dengan sarang laba-laba, sekarang saatnya bersih-bersih. Maklum, lama ditinggal sepertinya jadi banyak debu bertebaran di mana-mana. Yap, sekarang mau posting lagi....

Beberapa bulan terakhir ini, sekitar tiga bulan yang lalu, bibirku tiba-tiba menjadi super kering. Bukan kering seperti biasanya, tetapi ini benar-benar kering. Kulit bibir tiba-tiba berasa tebal, seperti dilapisi sesuatu, seperti kerak berwarna abu-abu tua hampir hitam. Awalnya tidak sakit, tapi sangat mengganggu. Sulit dibuat untuk tersenyum, karena saking tebalnya. Lama-kelamaan sakit sekali. Teman-teman di kantor sampai pada merhatiin.

Berbagai cara sudah kucoba untuk mengobati bibirku, kecuali ke dokter.

Jumat, 12 September 2014

Tulisan vs Kepribadian

Tulisanku rapi atau tidak? Seringkali sehabis menulis tanpa sadar aku memerhatikan kembali tulisanku. Terkadang aku akan bilang, "Mm, cukup rapi." atau "Kok tulisanku acak-acakan gini sih?" atau "Ah, tulisanku kali ini kembali berbeda 'motif' dari tulisanku di halaman depan atau tulisanku di buku lain." Tidak berhenti sampai disitu, terkadang jika sedang bersama dengan teman-teman yang lain, aku juga akan melihat tulisan mereka dan kadang aku akan mengaguminya. Tidak lain tidak bukan karena tulisan mereka lebih rapi, lebih baik atau lebih unik dari tulisanku. Ini menurutku. Padahal, mungkin tidak untuk mereka, dengan kata lain, mereka mengira tulisanku lebih baik dari tulisan mereka.

Dulu, aku mengira, semakin bagus tulisan seseorang, akan semakin baik. Jadi aku senantiasa berusaha agar tulisanku selalu bagus dan terutama, rapi. Aku selalu melihat tulisan teman-temanku, jika ada yang kuanggap bagus, maka aku akan menirunya. Dan hasilnya adalah tulisanku selalu berubah dari waktu ke waktu. Tak heran, waktu itu aku cukup pandai meniru tulisan orang lain. Baik tulisan biasa maupun latin, besar maupun kecil. Yah, sedikit pamer, norak dikit lah ya, hehehe.

Ada satu hal menarik yang sekarang kusadari. Itu adalah kepribadianku. Ya, kepribadianku cenderung berubah mengikuti tulisanku yang sering berganti wajah. Setelah kupikir lagi, memang benar, sikapku cenderung berubah-ubah. Tentu tidak berubah secara total dong, hanya aku merasa tanggapanku terhadap sesuatu atau caraku menyikapi sesuatu dan orang lain sedikit berbeda. Tadinya diam, jadi sedikit mau berkomentar, tadinya peduli jadi cuek, tadinya rajin jadi suka menunda, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini kusadari baru-baru ini sih, ketika mengingat-ingat masa laluku sendiri.
Sampai akhirnya aku tidak lagi berkeinginan untuk meniru dan punya tulisan seperti orang lain. Sekarang aku suka tulisanku sendiri, walaupun masih berubah-ubah, tapi aku sudah punya karakter dan gaya sendiri. Meskipun terkadang aku masih suka 'sedikit' mengagumi tulisan orang lain yang ku anggap unik. Itu sih kodrat, namanya juga mengagumi, boleh-boleh aja kan?

CuanX :o)