Pages

Kamis, 06 Juni 2013

(Saat ini) Sedang dilanda rasa iri

Manusia memang tidak akan pernah bisa lepas dari rasa. Rasa senang, rasa benci, rasa, marah, rasa-rasa yang lain dan juga rasa yang akan dibahas… rasa iri. Sering sekali terbesit di hati (*atau mungkin pikiran) “Kenapa ya dia selalu berhasil?”, “Kok dia gampang sekali ya?”, aku yakin pasti banyak sekali pertanyaan sejenis yang sering terpikir. Yap, itu adalah salah satu tanda rasa iri, mungkin hanya sebersit saja sih, tapi tetap saja. Intinya adalah adanya rasa kurang menerima apa yang telah didapatkan.

Seperti saat ini, mungkin aku juga sedang disiram rasa iri. Iri karena
teman-temanku sudah banyak yang sidang Tugas Akhir, periode depan sudah bisa wisuda dan akan bisa lepas dari kehidupan perkuliahan dan tugas-tugas dosen setiap minggu. Yang paling penting, mereka bisa segera bekerja, memenuhi cita-cita kedua orang tua mereka, tidak lagi meminta jatah bulanan. Yah, paling tidak itu juga menjadi keinginan orang tuaku.

Beberapa hari ini aku sedang sedikit emosi ketika pertanyaan yang sama dilontarkan kedua orang tuaku nun jauh disana. “TAnya sudah sampai mana?” atau “Wisudanya bulan apa?” Terhenyak, pertama kali yang kurasakan ketika mendengarnya. Kedua, sedih, karena sampai detik ini aku belum mampu menyelesaikan pagar terakhir yang menjadi penghalang kelulusanku. Ketiga, sedikit emosi, kenapa sedikit? Karena aku juga pengen sekali cepat lulus seperti yang lain dan membuat bangga orang tuaku, tapi aku (*kurang) suka jika terus-terusan ditanya pertanyaan yang sama yang terkesan mendesakku. Meski begitu aku sadar, mereka begitu karena menungguku dan ingin memberiku semangat. Itulah kenapa emosinya jadi sedikit hehehe.

Aku sadar, emosi yang berlebihan tidak akan bisa menyelesaikan TAku. Jadi sedapat mungkin, aku berusaha tuli dan (*sok) pasang senyum yang terlalu ramah kalau ada teman atau keluarga yang bertanya tentang kelulusan (*TA dan wisuda) serta mengarang berbagai alasan manis agar mereka tidak menjatuhkan emosiku apalagi sampai bertanya lebih lanjut. Kukira itu yang lebih masuk akal daripada harus marah setiap kali aku disinggung tentang Tugas Akhir.

Sedikit tertebak, emosi (*tentang TA) dapat disebabkan juga karena rasa iri. Iri karena teman-teman sudah banyak yang selangkah lebih maju, sementara aku masih jalan di tempat.

Lalu apa yang kulakukan? Beberapa hari ini (*tepatnya banyak hari) aku selalu mengurung diri di kamar seperti biasanya. Meski begitu tidak seperti biasanya. Yang biasanya aku tidur, nonton film, atau browsing tidak berguna, sekarang aku berusaha untuk mengurangi semua hal itu. Kurangi tidur, kerjakan hal yang lain, membaca buku (*tentang TA), browsing (*tentang TA), yah meskipun nonton film tidak bisa tentang TA juga sih, tapi paling tidak aku harus berusaha sedikit semi sedikit untuk memfokuskan pikiranku agar terbuka dan bisa berpikir jernih tentang TA. Baru kemudian perjalanan progres akan lancar walau awalnya harus terseok-seok dulu.

Jadi tentang rasa iri? Aku hanya ingin bilang, itu sedang berusaha kutekan saat ini. Menginginkan sesuatu yang menjadi rezeki orang lain, percayalah itu tidak akan baik, setidaknya untuk hatimu (*hatiku). Itu tidak akan membuat hatimu (*hatiku) bahagia, hanya akan menambah perasaan emosi dan kebencian (*yang ini sedikit lebay).

So? Aku tidak bicara untuk menghilangkan perasaan iri dari hati, tapi hanya sedang berusaha untuk menguranginya, jadi aku tidak akan dimakan rasa iri. Ya kan?
CuanX :o)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.

Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.