Pages

Senin, 17 Juni 2013

Last Saturday

Kali ini aku mau sedikit curhat dengan bahasa yang kembali nggak konsisten, hehe.

Sehat itu mahal. Itu adalah pepatah anonim yang sering ku dengar, terutama sejak kehidupanku sebagai mahasiswa perantauan dimulai. Dengan uang jatah yang pas-pasan aku harus bisa mengatur segala kebutuhanku agar tidak besar pasak daripada tiang. Uang paling banyak teralokasi untuk makan, hampir 90%.

Sejak masih SMA, aku sudah terbiasa hanya makan dua kali sehari atau tidak pernah sarapan. Tentu saja hal itu berlanjut ketika kuliah, bahkan lebih parah. Demi menghemat, tidak jarang aku hanya makan satu kali sehari, nasi setengah dengan lauk seadanya. Selain karena ingin menghemat, juga karena aku memang tidak terlalu punya nafsu makan. Aku makan ketika memang benar-benar lapar atau ketika ada teman mengajak makan.

Ketika memasuki semester 3, akibat dari kebiasaanku itu mulai muncul. Aku terkena maag akut, setelah muntah lebih dari 15 kali, aku dibawa ke rumah sakit depan asrama. Wah, benar-benar menakutkan. Mulai saat itu, aku mulai makan lebih teratur, paling tidak dua kali sehari. Meski begitu, tetap saja, aku tidak bisa makan sayur. Yah, walaupun bukan ayam juga sih.

Tapi kebiasaan itu tidak berlangsung lama, aku kembali makan seenak perutku. Kadang hanya sekali sehari dan kebanyakan malam hari, ketika perut benar-benar sudah sangat keroncongan. Selama beberapa bulan ini, maagku sering kambuh, terutama ketika dini hari. Kupikir karena hanya sebentar, ya sudah biarkan sajalah. Toh nanti juga sembuh. Aku cuek bebek dengan keadaanku.

Puncaknya adalah kemarin malam, sekitar jam 2 dini hari aku terbangun karena perutku sakit hebat di bagian ulu hati. Ga tahan rasanya, selama itu aku hanya bisa berbaring telentang, tidak bisa miring ke kanan ataupun ke kiri, bahkan duduk pun sakit. Selain itu, aku sudah tidak bisa tidur sama sekali sampai pagi, hanya mataku saja yang terpejam. Rasanya sakit sekali.

Paginya, aku mencoba untuk makan sekitar 3-4 sendok setelah subuh. Dan bisa ditebak, muntah kemudian, tapi perut rasanya sudah lebih enak dan aku bisa tidur selama dua jam. Setelah itu, kembali meringis menahan sakit.

Sekitar jam setengah 10 pagi, aku diantar ke rumah sakit oleh salah seorang temanku. Di rumah sakit aku dianjurkan periksa ke dokter umum dulu. Dan dokternya seorang kakek yang bawel sekali. Aku yang sakit, tapi yang diajak ngobrol malah temanku yang (maaf) disuruh nurunin berat badannya alias diet. Aku yang sudah berbaring di kasur sambil menahan tangis karena kasakitan cuma bisa melongo mendengarkan percakapan mereka.

Setelah diperiksa, ternyata maagku sudah mendekati kronis, ada luka di lambung. Ketika ku sentuh, ada semacam rasa jeduk-jeduk seperti jantung yang berdebar. Kata si kakek dokter, bagian situlah yang terluka. Dan kalau dibiarin, nanti bisa jadi kanker. Nah loh, untung ga jantungan dengernya.
Selesai periksa, langsung menuju ke apotik untuk menebus obat.

Cukup menyiksa sakit kali ini ternyata. Bukan karena aku harus minum obat berplastik-plastik, tapi karena aku tidak boleh makan nasi dan makanan yang biasa ku makan lainnya selama 3 bulan, PENUH. Ah, sangat tidak enak, hanya makan bubur (polos, tanpa ayam dan lain-lain) dan pisang. Sungguh terlalu!

Yah, paling tidak untuk beberapa hari ke depan aku masih akan (harus) mematuhi untuk tidak makan selain bubur dan teman-temannya.

CuanX :o)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.

Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.