Menyinggung tentang cara mengajar, kebetulan artikel ini sebenarnya Ana buat ketika ikut rekruitasi pengurus MIL, yah lembaga kecil-kecil yang dibentuk adik angkatan di kampus semacam bimbingan belajarlah, kaya gitu deh (ntar dikira promosi lagi). Kebetulan Ana udah jadi tentor tetap sebelumnya (gedein kepala dikit) bidang bahasa Inggris, trus pengen ikutan jadi pengurus (naik pangkatlah istilahnya - ntah bener ato cuma hoax alias nurunin angkat). Nah, waktu wawancara (lebih tepatnya ngobrol), mereka (yang ngewawancarain Ana - Si A dan Si A, maaf ya inisial mereka sama) nyoba nyari masalah ke Ana dengan nyuruh bikin artikel tentang cara menghadapi tipe-tipe siswa. Tipe siswa dan caranya sendiri didapetin dari nanyain ke tentor lain gimana cara mereka nanganin siswa dan siswanya seperti apa. Waktu yang dikasih seminggu (nyatanya cuma butuh semalem doang buat ngerjain). Oke, nantang nih ceritanya, (pengennya nolak, tapi apa daya, mulut udah terlanjur bilang "sanggup"). Sedikit cerita aja, ini artikel hasil bikinanku (amburadul - maklum cuma 2 jam bikinnya (ngeles wkwkwkw!)).
Dalam
belajar, seorang pengajar yang setiap hari menemui berbagai macam karakteristik
siswanya, tidak hanya harus mengerti bagaimana menyampaikan materi pelajaran
agar dapat dimengerti oleh siswa, tetapi bagaimana mereka harus mengajarkan
materi sehingga dapat dimengerti dengan baik terutama dengan karakter anak yang
unik setiap individunya. Macam – macam karakter siswa yang unik juga ditangani
oleh pengajar yang unik pula. Setiap pengajar mempunai cara berbeda dalam
memperlakukan siswanya.
Sebut saja
A, siswa diajar oleh Pras, mempunyai karakteristik yang
cenderung pendiam tetapi tidak terlalu sulit dalam menangkap materi. Pras
mengimbanginya dengan lebih atraktif dalam penyampaian materi, lebih aktif
dalam memancing siswa ketika belajar. Meski begitu, belum banyak perubahan
berarti yang ditunjukkan, wajar saja karena tatap muka hanya dilakukan sekali
sehingga pamantauan terhadap belumlah bisa maksimal.
Yoshua,
pertama kali mengajar, langsung berhadapan dengan anak yang pendiam dan agak
susah mengerti pelajaran. Dengan Yoshua yang sedikit kurang yakin dalam
menguasai materi, menjadikannya kurang maksimal dalam menangani siswa. Dalam belajar, banyak saat ketika kedua belah
pihak sama – sama diam karena kurang bisa berkomunikasi. Meski begitu, obrolan
santai juga sempat terjadi di antara mereka, mengenai kesibukan kuliah atau
curhat tentang dosen untuk sekedar mengakrabkan suasana.
Fenomena
anak pendiam juga ditemui oleh Haris, menghadapi seorang gamer SMP yang sulit
mengerti materi pelajaran agaknya sedikit menguras akal, apalagi dengan kondisi
siswa yang cenderung pendiam dan terlihat kurang begitu termotivasi untuk
belajar. Hal pertama yang dilakukan tentu adalah menarik motivasi agar siswa
tertarik untuk belajar. Haris mengajarkan sedikit cara pembuatan game flash menggunakan
matematika dan terbukti, si anak menjadi lebih termotivasi untuk belajar, tapi
masalah belum selesai. Sulit untuk menangkap materi pelajaran menjadikan Haris
harus lebih bersabar dalam mengajarkan materi, sedikit demi sedikit dan pelan –
pelan walaupun tetap masih sulit menangkap, tetapi setidaknya belajar menjadi
lebih mudah, bagi Haris maupun bagi siswa.
Lain
halnya dengan Nefa, dalam hal menghadapi siswa boleh dibilang mengikuti kemauan
siswa. Untuk siswa yang walaupun tidak terlalu pendiam tetapi tidak terlalu
suka belajar dengan dijejali banyak materi, Nefa mengajarkannya dengan
mengompres materi, sedikit demi sedikit asalkan si siswa enjoy dan mengerti
dengan diselingi mengobrol untuk lebih mengakrabkan suasana. Sedangkan untuk
anak yang menginginkan materi lebih banyak, Nefa pun mengimbanginya dengan menambah
materi sepanjang siswa masih bisa menangkapnya. Walaupun begitu, prinsip bahwa
belajar tidak harus diforsir masih tetap dipegang teguh agar siswa tidak bosan
dan terpaksa dalam belajar.
Dalam
mengajar, karakter siswa yang sebenarnya pintar, tetapi sedikit malas juga
ditemui oleh Ika. Lebih jauh belajar, karakter moody juga terlihat pada siswa
yang cenderung mudah bosan. Tidak ada cara khusus yang diterapkan dalam
menghadapinya. Membiarkan siswa melakukan apa yang dia mau dan sesekali
mengajaknya mengobrol hal lain selain pelajaran untuk mengurangi kejenuhan
dalam belajar terbukti bekerja untuk mengusir kebosanan siswa yang
menjadikannya tidak lagi malas dalam menerima pelajaran.
Sedangkan
penulis sendiri pertama kali mengajar, juga bertemu dengan sebuah karakter yang
cenderung pendiam tetapi pintar. Sebut saja L, anak SMP yang agaknya sulit
didekati terutama oleh tentor laki – laki. Dalam belajar, selain pendiam dan
jarang tersenyum, L cenderung tidak suka jika diajak berbicara tentang sesuatu
diluar materi, dia akan segera mengalihkan perhatian lagi pada materi yang
sedang dipelajari. Siswa ini cepat dalam menerima materi, suatu tipe dengan
short term memory yang cukup kuat, tetapi agak sedikit lambat dalam mengenali
pola pengerjaan soal. Sedikit membuatnya aktif dengan mengerjakan sendiri soal
setelah sebelumnya sedikit dijelaskan caranya, tidak membuatnya kehilangan
antusias dalam belajar. Kemampuannya dalam berbahasa dan menghapal tidak
diragukan, tetapi anak ini sedikit kesulitan bila harus berhadapan dengan ilmu
pasti atau yang memerlukan hitungan seperti matematika dan fisika.
Beberapa
pengalaman teman – teman tutor di atas menunjukkan bahwa karakter antarsiswa
sama sekali berbeda, meskipun terlihat sama – sama pendiam, tetapi antara siswa
satu dengan siswa lainnya tetaplah tidak sama. Hal ini juga memperlihatkan
bahwa selain persiapan materi yang memang sudah seharusnya dilakukan, penting
juga untuk bisa memahami karakter siswa dan bagaimana menghadapinya, meskipun
tidak semua metode berhasil dengan baik.
Karakter
yang paling banyak ditemui adalah anak pendiam, entah karena memang sifat siswa
yang seperti itu atau mindset mereka yang masih menganggap bimbingan belajar
sama seperti pelajaran di sekolah, guru menerangkan di depan dan siswa diam mendengarkan
di belakang. Siswa yang seperti inilah yang memang perlu perhatian lebih dari
segi emosional. Metode mengajar yang lebih atraktif dengan tanpa sadar mengajak
siswa lebih aktif bisa menjadi salah satu solusi, seperti belajar dengan
diselingi obrolan ringan atau membuat mereka mengerjakan tugas ringan dengan
bimibingan tentor tentunya. Akan tetapi metode seperti ini tidak cocok
diterapkan jika siswa cenderung mudah sekali buyar konsentrasinya, karena tidak
akan membuat mereka mengerti pelajaran. Selesaikanlah materi, tidak usah sampai
selesai, cukup subbab yang paling kecil baru setelah itu ajak mereka
berkomunikasi.
Untuk
siswa yang ceria, dalam arti mereka terbuka dan mudah berkomunikasi, mudah
untuk mengajari mereka. Teruslah berkomunikasi dengan mereka sebagai teman
sambil menyampaikan materi pelajaran. Anak seperti ini biasanya sudah tidak
perlu lagi dipancing untuk lebih aktif berkomunikasi.
Siswa yang
bandel, terkadang sering juga ditemui. Mereka malas dalam urusan belajar, jika
seperti ini, tentor dituntut untuk mendekati mereka, gunakan apa yang mereka
suka, seperti contoh kasus gamer di atas. Semakin jauh, jika memang tidak ada
i’tikad baik dari siswa sendiri untuk mau belajar, terkadang bertindak lebih
tegas itu perlu. Ada tipe – tipe siswa yang harus diberi “pelajaran” dulu
sebelum mereka mau belajar.
Pengajar
akan merasa beruntung jika siswa mampu dengan cepat menangkap pelajaran,
artinya mereka tidak perlu susah – susah memikirkan “bahasa” lain yang lebih
cocok untuk mengajar tetapi sebuah masalah jika siswa sangat sulit untuk
memahami pelajaran. Jika terjadi seperti ini, usahakanlah mengajar dengan
bahasa mereka, gunakan metode lain misalkan imajinasikan sesuatu atau membuat
permisalan tentang kasus yang serupa, bisa juga dengan model barang nyata,
misalkan mengajarkan tentang persegi panjang, berilah contoh model meja atau
lemari. Jika sudah menemui pola yang tepat, bersabarlah untuk mengajarinya
secara berulang – ulang, siswa yang susah menangkap palajaran cenderung akan lebih paham jika pelajaran itu disampaikan
berulang – berulang.
Ada
beberapa tips umum yang mungkin bisa berguna dalam mengajar, apapun karakter
siswa:
1.
Disiplin. Percaya atau tidak, disiplin bisa
meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan nilai kita di mata orang lain.
Sebisa mungkin, jangan biarkan siswa menunggu
2.
Jaga kedekatan dengan siswa. Dekati siswa,
ajak komunikasi sebagai teman. Jangan gunakan bahasa terlalu formal, sebaliknya
sesuaikanlah dengan bahasa siswa, non – formal tetapi tetap sopan.
3.
Beri kesempatan siswa untuk bercerita tentang
apa saja, dengarkan mereka, ada kalanya mengajar tidak harus memberikan
penjelasan atau mengajari siswa. Siswa akan merasa lebih dihargai jika mereka
didengarkan, bukan hanya diberi doktrin pelajaran
4.
Beri tugas ringan. Sedikit memaksa mereka
mengerjakan tugas ringan atau mengerjakan soal akan membuat mereka lebih aktif
dan mendorong otak mereka bekerja dengan mengingat apa yang telah mereka
pelajari. Jangan hanya selalu memberikan solusi, baut mereka menyelesaikan solusi
5.
Tegas. Santai itu perlu, tapi jangan sampai
kita diremehkan siswa karena terlalu santai. Siswa akan cenderung meremehkan
dan tidak percaya pada kita jika kita sendiri terlalu banyak bergurau
6.
Berikan motivasi. Seringkali dalam bimbingan
belajar, mental dan fisik siswa sudah lelah karena kegiatan sekolah yang
sebelumnya, untuk membangkitkan semangatnya, berika mereka motivasi, bisa
melalui cerita pendek atau lainnya
7.
Jangan banyak menuntut, seperti hari ini harus
belajar apa, mengerjakan apa, sampai materi apa. Sesuaikanlah hal itu dengan
kondisi siswa
8.
Jangan merasa lebih pintar. Percaya diri
ketika mengajar dan menguasai materi itu perlu, tapi guru belum tentu tahu
lebih banyak dari siswa, ketika siswa bertanya hal yang mungkin di luar dugaan
atau hal yang belum kita persiapkan sebelumnya, seringkali hal ini membuat down
tentor. Daripada mengatakan mengajari, lebih baik mengatakan sama – sama
belajar
9.
Kendalikan emosi. Kebiasaan dan karakter siswa
yang bermacam – macam, seringkali tidak cocok dengan kita, karena itu
kendalikanlah emosi dalam menghadapi mereka. Tidak ada ruginya kita bersabar.
Sabar, bukan berarti kita selalu menuruti apa yang mereka mau dan diam saja
terhadap apa yang mereka lakukan, tapi apa yang kita dapat lakukan untuk
mengimbangi mereka dengan tidak melenceng dari tujuan awal belajar
10.
Amati kelemahan siswa. Selama berinteraksi
dengan mereka, akan terlihat beberapa karakter siswa seperti apa sebenarnya
mereka. Tahu hal ini, akan sangat berguna dalam menentukan cara kita mengajar,
contohnya siswa yang lambat dalam mengerti materi, tentu saja kita tidak bisa
menjejalkan banyak materi, cukup sedikit materi tetapi mereka mengerti
11. Senyum.
Modal awal dalam berinteraksi dengan siswa. Mencairkan suasana dan akan lebih
mudah membuat komunikasi dengannya
CuanX:'o)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.
Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.