Seperti saat ini, mungkin aku
juga sedang disiram rasa iri. Iri karena
teman-temanku sudah banyak yang sidang
Tugas Akhir, periode depan sudah bisa wisuda dan akan bisa lepas dari kehidupan
perkuliahan dan tugas-tugas dosen setiap minggu. Yang paling penting, mereka
bisa segera bekerja, memenuhi cita-cita kedua orang tua mereka, tidak lagi
meminta jatah bulanan. Yah, paling tidak itu juga menjadi keinginan orang
tuaku.
Beberapa hari ini aku sedang
sedikit emosi ketika pertanyaan yang sama dilontarkan kedua orang tuaku nun
jauh disana. “TAnya sudah sampai mana?” atau “Wisudanya bulan apa?” Terhenyak,
pertama kali yang kurasakan ketika mendengarnya. Kedua, sedih, karena sampai
detik ini aku belum mampu menyelesaikan pagar terakhir yang menjadi penghalang
kelulusanku. Ketiga, sedikit emosi, kenapa sedikit? Karena aku juga pengen
sekali cepat lulus seperti yang lain dan membuat bangga orang tuaku, tapi aku (*kurang)
suka jika terus-terusan ditanya pertanyaan yang sama yang terkesan mendesakku. Meski
begitu aku sadar, mereka begitu karena menungguku dan ingin memberiku semangat.
Itulah kenapa emosinya jadi sedikit hehehe.
Aku sadar, emosi yang berlebihan
tidak akan bisa menyelesaikan TAku. Jadi sedapat mungkin, aku berusaha tuli dan
(*sok) pasang senyum yang terlalu ramah kalau ada teman atau keluarga yang
bertanya tentang kelulusan (*TA dan wisuda) serta mengarang berbagai alasan
manis agar mereka tidak menjatuhkan emosiku apalagi sampai bertanya lebih
lanjut. Kukira itu yang lebih masuk akal daripada harus marah setiap kali aku
disinggung tentang Tugas Akhir.
Sedikit tertebak, emosi (*tentang
TA) dapat disebabkan juga karena rasa iri. Iri karena teman-teman sudah banyak
yang selangkah lebih maju, sementara aku masih jalan di tempat.
Lalu apa yang kulakukan? Beberapa
hari ini (*tepatnya banyak hari) aku selalu mengurung diri di kamar seperti
biasanya. Meski begitu tidak seperti biasanya. Yang biasanya aku tidur, nonton
film, atau browsing tidak berguna, sekarang aku berusaha untuk mengurangi semua
hal itu. Kurangi tidur, kerjakan hal yang lain, membaca buku (*tentang TA),
browsing (*tentang TA), yah meskipun nonton film tidak bisa tentang TA juga
sih, tapi paling tidak aku harus berusaha sedikit semi sedikit untuk
memfokuskan pikiranku agar terbuka dan bisa berpikir jernih tentang TA. Baru kemudian
perjalanan progres akan lancar walau awalnya harus terseok-seok dulu.
Jadi tentang rasa iri? Aku hanya
ingin bilang, itu sedang berusaha kutekan saat ini. Menginginkan sesuatu yang
menjadi rezeki orang lain, percayalah itu tidak akan baik, setidaknya untuk
hatimu (*hatiku). Itu tidak akan membuat hatimu (*hatiku) bahagia, hanya akan
menambah perasaan emosi dan kebencian (*yang ini sedikit lebay).
So? Aku tidak bicara untuk
menghilangkan perasaan iri dari hati, tapi hanya sedang berusaha untuk
menguranginya, jadi aku tidak akan dimakan rasa iri. Ya kan?
CuanX :o)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.
Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.