Kali ini aku mau sedikit curhat dengan bahasa yang kembali nggak konsisten, hehe.
Sehat itu mahal. Itu adalah pepatah anonim yang sering ku dengar, terutama sejak kehidupanku sebagai mahasiswa perantauan dimulai. Dengan uang jatah yang pas-pasan aku harus bisa mengatur segala kebutuhanku agar tidak besar pasak daripada tiang. Uang paling banyak teralokasi untuk makan, hampir 90%.
Sehat itu mahal. Itu adalah pepatah anonim yang sering ku dengar, terutama sejak kehidupanku sebagai mahasiswa perantauan dimulai. Dengan uang jatah yang pas-pasan aku harus bisa mengatur segala kebutuhanku agar tidak besar pasak daripada tiang. Uang paling banyak teralokasi untuk makan, hampir 90%.
Sejak masih SMA, aku sudah terbiasa
hanya makan dua kali sehari atau tidak pernah sarapan. Tentu saja hal itu
berlanjut ketika kuliah, bahkan lebih parah. Demi menghemat, tidak jarang aku
hanya makan satu kali sehari, nasi setengah dengan lauk seadanya. Selain karena
ingin menghemat, juga karena aku memang tidak terlalu punya nafsu makan. Aku
makan ketika memang benar-benar lapar atau ketika ada teman mengajak makan.
Ketika memasuki semester 3,
akibat dari kebiasaanku itu mulai muncul. Aku terkena maag akut, setelah muntah
lebih dari 15 kali, aku dibawa ke rumah sakit depan asrama. Wah, benar-benar
menakutkan. Mulai saat itu, aku mulai makan lebih teratur, paling tidak dua
kali sehari. Meski begitu, tetap saja, aku tidak bisa makan sayur. Yah,
walaupun bukan ayam juga sih.
Tapi kebiasaan itu tidak
berlangsung lama, aku kembali makan seenak perutku. Kadang hanya sekali sehari
dan kebanyakan malam hari, ketika perut benar-benar sudah sangat keroncongan. Selama
beberapa bulan ini, maagku sering kambuh, terutama ketika dini hari. Kupikir karena
hanya sebentar, ya sudah biarkan sajalah. Toh nanti juga sembuh. Aku cuek bebek
dengan keadaanku.
Puncaknya adalah kemarin malam,
sekitar jam 2 dini hari aku terbangun karena perutku sakit hebat di bagian ulu
hati. Ga tahan rasanya, selama itu aku hanya bisa berbaring telentang, tidak
bisa miring ke kanan ataupun ke kiri, bahkan duduk pun sakit. Selain itu, aku
sudah tidak bisa tidur sama sekali sampai pagi, hanya mataku saja yang
terpejam. Rasanya sakit sekali.
Paginya, aku mencoba untuk makan
sekitar 3-4 sendok setelah subuh. Dan bisa ditebak, muntah kemudian, tapi perut
rasanya sudah lebih enak dan aku bisa tidur selama dua jam. Setelah itu,
kembali meringis menahan sakit.
Sekitar jam setengah 10 pagi, aku
diantar ke rumah sakit oleh salah seorang temanku. Di rumah sakit aku
dianjurkan periksa ke dokter umum dulu. Dan dokternya seorang kakek yang bawel
sekali. Aku yang sakit, tapi yang diajak ngobrol malah temanku yang (maaf)
disuruh nurunin berat badannya alias diet. Aku yang sudah berbaring di kasur
sambil menahan tangis karena kasakitan cuma bisa melongo mendengarkan
percakapan mereka.
Setelah diperiksa, ternyata
maagku sudah mendekati kronis, ada luka di lambung. Ketika ku sentuh, ada
semacam rasa jeduk-jeduk seperti jantung yang berdebar. Kata si kakek dokter,
bagian situlah yang terluka. Dan kalau dibiarin, nanti bisa jadi kanker. Nah
loh, untung ga jantungan dengernya.
Selesai periksa, langsung menuju
ke apotik untuk menebus obat.
Cukup menyiksa sakit kali ini
ternyata. Bukan karena aku harus minum obat berplastik-plastik, tapi karena aku
tidak boleh makan nasi dan makanan yang biasa ku makan lainnya selama 3 bulan,
PENUH. Ah, sangat tidak enak, hanya makan bubur (polos, tanpa ayam dan
lain-lain) dan pisang. Sungguh terlalu!
Yah, paling tidak untuk beberapa
hari ke depan aku masih akan (harus) mematuhi untuk tidak makan selain bubur
dan teman-temannya.
CuanX :o)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Saling menghargai tulisan orang lain, jika ingin copas atau mengambil tulisan dari blog ini, mohon sertakan link hidup sumber.
Dilarang komentar yang berbau SARA dan kasar. Apabila ditemukan komentar yang tidak pantas akan langsung dihapus oleh admin.